cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl. M.Yasin Limpo No. 36 Samata-Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Location
Kab. gowa,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Sosioreligius: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama
ISSN : 24768847     EISSN : 25500333     DOI : -
Core Subject :
Jurnal Sosioreligius adalah jurnal berkalah yang diterbitkan oleh Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar. Jurnal ini bermaksud membangun dan mendorong wacana keagamaan dan wacana sosial yang inklusif, demokratis, dan emansipatif. Jurnal sosioreligius mengundang bagi para pengamat sosial keagamaan untuk mendiseminasikan ide-idenya melalui jurnal ilmiah. Jurnal sosioreligius menerima tulisan berupa artikel ilmiah dan resensi buku bertema sosial keagamaan kontemporer. kami memperioritaskan naskah yang mengulas problem-problem dunia sosial kontemporer dengan perspektif yang lebih segar dan baru.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 3 No 1 (2018): Sosioreligius: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama" : 8 Documents clear
Masyarakat Islam dan Penghargaan terhadap Hak Asasi St. Habibah
SOSIORELIGIUS Vol 3 No 1 (2018): Sosioreligius: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama
Publisher : Departemen Sosiologi Aga,ma, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/sosioreligius.v3i1.6373

Abstract

HAM adalah hak  yang dimiliki  oleh setiap individu sejak lahir tanpa memandang perbedaan ras, suku, bangsa, maupun agama. HAM timbul pada abad ke-17 dan 18 Masehi sebagai reaksi terhadap keabsolutan raja-raja dan kaum feudal. Agama pada dasarnya tidak bertentangan  dengan HAM, bukan berarti bahwa  agama itu yang menjunjung tinggi HAM, akan tetapi dalam agama terdapat sejumlah aturan  baik tekstual maupun yang kontekstual yang dapat dijadikan dasar  bagi penegakan HAM. Al-Qur'an  menekankan kebebasan beragama dengan cara yang  akurat dan tegas. Kebebasan beragama dari sudut pandangan al-Qur'an  pada dasarnya berlandaskan  atas tabiat manusia sesuai dengan rancangan atau ketentuan yang ditetapkan oleh Allah dalam al-Qur'an. Di antara tokoh-tokoh intelektual Islam yang merespons terhadap HAM adalah Soroush, Nurcholish yang sempat dipaparkan dalam tulisan ini. Mereka adalah bagian dari generasi baru intelektual Muslim Modern yang dibentuk tidak oleh sistem tradisional  pendidikan agama tetapi dididik di dalam tradisi intelektual Islam. Para pemikir posfundamentalis ini mempunyai dampak yang substansial  atas pemikiran keagamaan  di masyarakat.
Telaah Kritis Penerapan Syari’ah Islam Dalam Ketatanegaraan Indonesia Saenal Supandi
SOSIORELIGIUS Vol 3 No 1 (2018): Sosioreligius: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama
Publisher : Departemen Sosiologi Aga,ma, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/sosioreligius.v3i1.6378

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengatahui: 1.Pengaruh syari’ah Islam dalam pelaksanaan ketatanegaraan Indonesia? 2. Kendalapenerapan syari’ah Islam dalam sistemketatanegaraan Indonesia? 3. Penerapan syar’iah Islam dalam sistem ketatanegaraan Indonesia? Dengan diterbitkannya perda-perda di berbagai daerah itu adalah gambaran sekaligus manifestasi dari pengaruh syari’ah Islam baik dalam bentuk gagasan maupun tindakan oleh para pemeluknya. Kendala dalam penerapan syari’ah Islam adalah masih buruknya image syari’ah Islam dimata masyarakat disebabkan pengaruh politik hukum Belanda yang masih membekas dan konflik akar rumput antara sesama umat Islam juga menjadi kendala terutama soal perbedaaan mazhab yang dianut masing-masing kubu. Sehingga, semakin hebat kendala seringkali semakin menunjukkan benarnya arah perjuangan, justru akan mengherankan jika penerapan syariah di Indonesia sepi dari kendala. Penerapan syari’ah Islam di Indonesia dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, tentang perkawinan, Undang-Undang Nomor 7 tahun 1987, tentang Peradilan agama, Ibadah Haji pada tahun 1950 danUndang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolahan Zakat.
Pemetaan Sosial Dan Konflik Di Kawasan Hutan Desa Borissallo, Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa Mulyadi Mulyadi
SOSIORELIGIUS Vol 3 No 1 (2018): Sosioreligius: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama
Publisher : Departemen Sosiologi Aga,ma, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/sosioreligius.v3i1.6374

Abstract

Tulisan ini mendeskrisikan mengenai persoalan keamanan tenurial bagi rakyat di dalam kawasan hutan di Desa Borissallo, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa. Desa ini adalah desa dengan luas sebagian besar kawasan hutannya merupakan kawasan hutan produksi yang konsesinya diberikan kepada PT. Inhutani (persero). Karena konsesi dikuasai oleh PT Inhutani, sementara masyarakat desa, yang telah bermukim lama disana dilarang mengakses sumberdaya hutan, maka seringkali terjadi konflik penguasaan.
Konteks Demokrasi Lokal dan Problemantika Otonomi Daerah Sumarlin Maate
SOSIORELIGIUS Vol 3 No 1 (2018): Sosioreligius: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama
Publisher : Departemen Sosiologi Aga,ma, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/sosioreligius.v3i1.6379

Abstract

Demokrasi dan problemantika otonomi merupakan dua elemen politik yang dalam sistim tata-negara, terus menjadi hal yang sering mempengaruhi tatanan sosial masyarakat baik pada aspek pelayanan maupun perlindungan terhadap ahak asasi manusia. Otonomi merupakan proses pelaksanaan demokrasi, yang lahir dari pergulatan politik kenegaraan untuk meruntuhkan suatu rezim yang totaliter dan nsentralistik dapat digantikan menjadi rezim yang demokratis dan desentralisasi agar pelaksanaan cita-cita konstitusi dapat terlaksana dengan baik. Dimana demokrasi dan otonomi tidak lagi melahirkan para penguasa lama yang menggunakan kekuatan uang yang diperoleh dari hasil jarahan orde namun melahirkan pemimpin yang mampu menbciptakan pemerintahan yang kondusif sesuai dengan asas demokrasi dan cita-cita UUD-NRI 1945. Kata kunci demokrasi, akuntabilitas, pemerintahan daerah, dan perlindungan HAM.
DAMPAK POLIGAMI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL ANAK DI SEKOLAH (Studi Kasus di Desa Manuju Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa) Rosmawati Rosmawati
SOSIORELIGIUS Vol 3 No 1 (2018): Sosioreligius: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama
Publisher : Departemen Sosiologi Aga,ma, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/sosioreligius.v3i1.6375

Abstract

Pokok masalah pada penelitian ini adalah Dampak Poligami Terhadap Interaksi Sosial Anak di Sekolah (Studi Kasus di Desa Manuju Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa). Pokok masalah tersebut dirumuskan beberapa sub masalah atau pertanyaan penelitian, yaitu: 1). Bagaimana persepsi anak terhadap poligami yang dilakukan oleh ayahnya di Desa Manuju Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa? 2). Bagaimana respons anak saat berinteraksi di sekolah di Desa Manuju Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa? Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan Sosiologis, Psikologis dan Antropologis. Adapun sumber data penelitian ini adalah Istri dan anak dari keluarga yang berpoligami, serta guru-guru dan teman sekolah anak yang ayahnya berpoligami. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Serta teknik pengolahan data dan analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data dan terakhir penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi anak terhadap poligami yang dilakukan oleh ayahnya, yakni ada yang menanggapi poligami ayahnya biasa saja, ada yang merasa kecewa dan sakit hati bahkan ada pula yang sangat marah dan benci terhadap poligami yang dilakukan oleh ayahnya. Sedangkan respons anak saat berinteraksi di sekolah, yakni menimbulkan respons positif dan respons negatif serta implikasi perubahan pada diri anak ketika berinteraksi dengan guru-guru maupun teman-temannya di lingkungan sekolah. Implikasi penelitian, yakni harapan yang ingin dicapai sekaligus sebagai bahan evaluasi bagi istri yang dipoligami agar tetap menjaga keharmonisan dalam keluarga serta tetap mendidik anak-anaknya dengan baik dan untuk anak-anak korban poligami di Desa Manuju, agar kiranya tetap optimis menatap masa depan dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi meski keluarga tidak sepenuhnya utuh.
Melepaskan Penguasaan Rakyat Atas Tanah: Introgasi Kritis Atas Kondisi Agraria Indonesia Kontemporer Muhammad Natsir; Muhammad Ridha
SOSIORELIGIUS Vol 3 No 1 (2018): Sosioreligius: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama
Publisher : Departemen Sosiologi Aga,ma, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/sosioreligius.v3i1.6376

Abstract

Artikel ini menjelaskan fase-fase historis dan sosiologis bagaimana penguasaan atas tanah oleh rakyat bisa berganti menjadi penguasaan atas tanah oleh kaum elit saja. Artikel ini adalah tanggapan kritis yang dimulai dari polemik atas tulisan Bonni Setiawan di Jurnal Indoprogress.com atas kondisi agraria indonesia kontemporer. Hasil pengamatan penulis melihat bahwa kondisi terlepasnya penguasaan rakyat atas tanah terjadi selain oleh rezim-rezim pembangunan di bawah orde baru dan pasca orde baru, juga dipicu oleh kondisi umum tidak menguntungkannya aktifitas ekonomi pertanian skala kecil di Indonesia.
Gender Dalam Perspektif Islam Abdul Rahim
SOSIORELIGIUS Vol 3 No 1 (2018): Sosioreligius: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama
Publisher : Departemen Sosiologi Aga,ma, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/sosioreligius.v3i1.6372

Abstract

Berbicara tentang gender, maka tidak terlepas dengan persoalan jenis kelamin. Oleh karena itu jenis kelamin yang diakui, baik agama maupun medis, maka yang ada hanya dua jenis kelamin, namun yang lain hanya gaya hidup yang dimiliki oleh seseorang dalam kehidupan kesehariannya. Hal ini yang banyak dipersoalkan dalam kajian gender ini adalah terjadinya disikriminiasi  antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu yang menjadi tolak ukur munculnya permasalahan ini tidak lain adalah adanya konsep budaya yang sangat susah untuk dirobah begitu saja tanpa alasan yang mendasar dan rasional dalam memberikan keterangan yang terkait dengan konsep ini. Disamping itu pula yang bisa memberikan jawaban atas munculnya disikriminasi ini adalah alquran yang banyak memberikan penjelasan secara mendalam mengenai masalah gender tersebut.
”Bissu” Bukan Waria (Studi Atas Hadis-Hadis Tentang Khuntsa) Yusran Yusran
SOSIORELIGIUS Vol 3 No 1 (2018): Sosioreligius: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama
Publisher : Departemen Sosiologi Aga,ma, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/sosioreligius.v3i1.6377

Abstract

Bissu adalah salah satu jenis kelompok manusia di kebudayaan bugis makassar yang secara kebudayaan pernah menempati posisi sakral, sebab menjadi perantara spiritualitas kekuatan doa dari masyarakat kepada para dewa di langit. Bissu dianggap sebagai manusia yang suci karena hidupnya terhindarkan dari pengaruh hawa nafsu duniawi. Namun secara gender, bissu mengalami guncangan terutama dari sudut pandang agama, yang tidak menerima kehadiran bissu secara gender. Sebab bissu identik dengan kaum waria atau bencong, dimana sebenaranya mereka adalah laki-laki namun bertingkah laku seperti perempuan. Tulisan ini akan mengkaji bagaimana ajaran Islam dengan kekayaan narasi hadisnya, kemudian membangun cara pandang terhadap persoalan bissu ini. Dalam kajian hadis, bissu masuk dalam debat istilah khuntsa dan mukhannits dalam teks-teks hadis,  yang sebagian besar muaranya sampai kepada kesimpulan hukum, bahwa bissu disamakan dengan waria yakni mukhannitsun. Selanjutnya berakibat kepada hukum fiqih yang memandang bissu sebagai sesuatu yang “haram”. Jikalaupun misalnya akhirnya diharamkan, namun kebudayaan bissu harus tetap dilihat secara fakta bahwa dalam perjalanan sejarah kebudayaan bugis makassar, bissu sangat berbeda jauh dengan fenomena waria atau semisalnya. Oleh karena itu bissu dalam hal ini tentu akan dipandang dari arah pandangan sosial-hukum serta filosofi yang berbeda dengan waria. Posisi bissu dalam beberapa hal sama dengan khuntsa, yang secara orientasi sosial-keberagamaannya bukan sebagai sebagai penyakit sosial, tetapi malahan memiliki citra yang positif, sebagai khazanah kebudayaan dan spiritualitas dalam kebudayaan masyarakat bugis makassar. Dalam beberapa hadis nabi, ditunjukkan bahwa umat muslim seharusnya memiliki sifat yang arif kepada kaum khuntsa, yang dianggap sebagai sekedar kelainan secara biologis, bukan sebagai penyakit sosial, seksual maupun spiritual.

Page 1 of 1 | Total Record : 8